Rangkuman PAI Kelas 11 Bab 6

Rangkuman Materi PAI Kelas 11 Bab 6

Perilaku Taat, Kompetisi dalam Kebaikan, dan Etos Kerja

Pentingnya Taat kepada Aturan

Taat memiliki beberapa makna, yaitu:

  • tunduk
  • tidak berlaku curang
  • setia

Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan.

Jadi taat kepada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya.

Aturan sendiri ada tingkatannya, jadi kita harus bisa memilah mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan tidak boleh melampauinya.

Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Quran.

Aturan tertinggi kedua adalah aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis.

Aturan tertinggi ketiga adalah aturan yang dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.

Islam sendiri memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin.

Dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (yang tidak bermaksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.

Hal ini tercantum dalam Q.S. an-Nisa ayat 59:

Yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisa/4: 59)

Dalam ayat tersebut disinggung tentang ulil amri, pengertian ulil amri sendiri ada beberapa pendapat yaitu:

Kita harus selalu ingat tingkatan dalam taat, meskipun kita taat kepada ulil amri bukan berarti mutlak harus mengikuti, selama sesuai dengan ajaran Allah dan baginda Rasul itu tidak apa, namun apabila bertentangan kita tidak boleh mengikutinya.

Lebih lanjut Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis berikut ini:

Yang artinya:

“Dari Abi Abdurahman, dari Ali sesungguhnya Rasulullah bersabda… Tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yang makruf.” (H.R. Muslim)

Jadi sudah jelas bahwa kita hanya boleh mengikuti dan taat apabila sesuai dengan ajaran Islam ya!

Kompetisi dalam Kebaikan

Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya dalam Q.S Al-Maidah ayat 48:

Yang artinya:

“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’±n) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah Swt. dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah Swt. menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah Swt. hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah Swt. kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48)

Ada beberapa kandungan dari Q.S. Al-Maidah ayat 48 ini, yaitu:

  • al-Qur’an memiliki kedudukan yang sangat tinggi sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya
  • perbedaan itu adalah rahmat dan untuk saling mengenal
  • kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan

Alasan mengapa kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan adalah:

  • kebaikan tidak bisa ditunda-tunda, dan harus segera dikerjakan karena hidup tidak ada yang tahu sampai kapan sebelum ajal menjemput.
  • berbuat baik hendaknya saling memotivasi dan saling tolong-menolong.
  • kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan.

Untuk perintah tolong menolong ini juga tercantum dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2:

Yang artinya:

“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…” (Q.S. al-Maidah/5: 2)

 

Etos Kerja

Dalam al-Qur’an maupun hadis, ditemukan banyak literatur yang memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawinya.

Salah satu perintah Allah Swt. kepada umat- Nya untuk bekerja termaktub dalam Q.S. at-Taubah ayat 105:

Yang artinya:

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)

Beberapa kandungan dari Q.S. At-Taubah ayat 105 ini adalah:

  • Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya.
  • Allah Swt. memerintahkan kita untuk bekerja, dan Allah Swt. pasti membalas semua yang telah kita kerjakan.
  • Berisi peringatan bahwa perbuatan mereka itu pun nantinya akan diperlihatkan kelak di hari kiamat.

Nah ada juga hadis yang memerintahkan untuk bekerja, yaitu:

Yang artinya:

“Dari Miqdam ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidak seorang pun yang makan lebih baik daripada makan hasil usahanya sendiri. Sungguh Nabi Daud as. makan hasil usahanya.” (H.R. Bukhari)