Rangkuman PAI Kelas 12 Bab 2

Rangkuman Materi PAI Kelas 12 Bab 2

Meyakini Qada’ Dan Qadar Melahirkan Semangat Bekerja

Hakikat Qada’ dan Qadar

Pengertian Qada’ dan Qadar

Ada dua pandangan tentang Qada’ dan Qadar.

Yang pertama bahwa Qada’ dan Qadar adalah hal berbeda, sedangkan menurut pendapat lain menyatakan bahwa Qada’ dan Qadar adalah sama.

Pertama yang mendefiniskan Qada’ dan Qadar berbeda, menyatakan bahwa Qadar adalah “ilmu Allah Swt. tentang apa yang akan terjadi pada makhluk di masa mendatang.” Sedangkan Qada’ adalah “segala sesuatu yang Allah Swt. wujudkan (adakan atau berlakukan) sesuai dengan ilmu dan kehendaknya.”

Pendapat yang menyamakan Qada’ dan Qadar memberikan definisi: ”Aturan baku yang diberlakukan oleh Allah Swt. terhadap alam ini, undangundang yang bersifat umum, dan hukum-hukum yang mengikat sebab dan akibat”.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Qada’ menurut bahasa berarti “menentukan atau memutuskan”, sedangkan menurut istilah artinya “segala ketentuan Allah Swt. sejak zaman azali”.

Adapun pengertian Qadar menurut bahasa adalah “memberi kadar, aturan, atau ketentuan”. Sedangkan menurut istilah berarti ”ketetapan Allah Swt. terhadap seluruh makhluk-Nya tentang segala sesuatu”.

Iman kepada Qada’ dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt. telah menentukan segala sesuatu bagi makhluk-Nya.

Prinsip Iman Kepada Qada’ dan Qadar

Ada empat prinsip terkait iman kepada Qada’ dan Qadar, yaitu:

  • Iman kepada ilmu Allah Swt. yang Qadīm (tidak berpermulaan), dan Dia mengetahui perbuatan manusia sebelum mereka melakukannya;
  • Iman bahwa semua Qadar Allah Swt. telah tertulis di Lauh Mahfuzh;
  • Iman kepada adanya kehendak Allah Swt. yang berlaku dan kekuasaan- Nya yang bersifat menyeluruh;
  • Iman bahwa Allah Swt. adalah Zat yang mewujudkan makhluk. Allah Swt. adalah Sang Pencipta dan yang lain adalah makhluk.

Dalil-Dalil tentang Qada’ dan Qadar

Dalil al-Qur’an tentang Qada’ dan Qadar

Ada beberapa dalil al-Qur’an tentang Qada’ dan Qadar, yaitu:

  • “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir).” (Q.S. al-Qamar/54:49)
  • “Tidak ada suatu bencana apapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian melaikan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.” (Q.S. al-Hadīd/57:22)
  • “Dan tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya.” (Q.S. al-Isra’/17:13)
  • “Tidak ada sesutu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.” (Q.S. at-Tagabun/64:11)

Dalil As-Sunah (Hadis Rasulullah)

Adapun penjelasan Rasulullah saw. tentang Qada’ dan Qadar antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadis berikut:

“Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah (sperma), kemudian berubah menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi mudghah (sepotong daging) selama empat puluh hari, kemudian malaikat dikirim kepadanya kemudian malaikat meniupkan ruh padanya, dan malaikat tersebut diperintahkan empat hal: menuliskan rizkinya, menuliskan ajalnya, menuliskan amal perbuatannya, dan menuliskan apakah ia celaka, atau bahagia. Demi Dzat yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, hingga ketika jaraknya dengan surga cuma satu lengan, tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, dan ia pun masuk neraka. Sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, hingga ketika jaraknya dengan neraka cuma satu lengan, tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, dan ia masuk surga.” (H.R. Muslim)

Hadis lainnya yaitu:

”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.” (H.R.al-Bukhari dan Muslim)


 

Kewajiban beriman kepada Qada’ dan Qadar

Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah Swt. atas diri kita.

Takdir Allah Swt. merupakan iradah (kehendak) Allah Swt..

Oleh sebab itu, takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita.

Macam-Macam Takdir

Para ulama berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam yaitu:

  • Takdir Mua’llaq
  • Takdir Mubram

Takdir Mua’llaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia.

Takdir Mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh manusia.

Makna Beriman kepada Qada’ dan Qadar

Qada’ dan Qadar atau takdir berjalan menurut hukum “sunnatullah”.

Artinya keberhasilan hidup seseorang sangat tergantung sejalan atau tidak dengan sunnatullah.

Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah Swt. yang disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul, yang tercantum di dalam al-Qur’an berjalan tetap dan otomatis.

Beriman kepada takdir selalu terkait dengan 4 (empat) hal yang selalu berhubungan dan tidak terpisahkan.

Keempat hal itu adalah:

  • iman kepada takdir itu sendiri,
  • ikhtiar,
  • do’a,
  • tawakal.

Hikmah Beriman kepada Qada’ dan Qadar

Beberapa hikmah beriman kepada Qada’ dan Qadar adalah:

  • Semakin meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak lepas dari sunnatullah;
  • Semakin termotivasi untuk senantiasa berikhtiar atau berusaha lebih giat lagi dalam mengejar cita-citanya.
  • Meningkatkan keyakinan akan pentingnya peran doa bagi keberhasilan sebuah usaha;
  • Meningkatkan optimisme dalam menatap masa depan dengan ikhitar yang sungguh-sungguh;
  • Meningkatkan kekebalan jiwa dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha sehingga tidak berputus asa ketika mengalami kegagalan;
  • enyadarkan manusia bahwa dalam kehidupan ini dibatasi oleh peraturan-peraturan Allah Swt., yang tujuannya untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Menerapkan Perilaku Mulia

Perilaku seseorang yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Qada’ dan Qadar Allah Swt. adalah:

  • Selalu menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
  • Banyak bersyukur dan bersabar
  • Bersikap optimis dan giat bekerja
  • Selalu tenang jiwanya